Integrasi pertanian dan peternakan adalah sistem pertanian terpadu yang menggabungkan kegiatan usaha tanaman dan ternak dalam satu kesatuan, saling mendukung dan meningkatkan produktivitas masing-masing. Dengan cara ini, limbah dari ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman, sementara limbah tanaman dapat digunakan sebagai pakan ternak. Sistem ini juga dapat meningkatkan diversifikasi pendapatan petani dan ketahanan pangan. 

Lebih Detail:

• Contoh Integrasi:

  Ada berbagai model integrasi, seperti integrasi jagung-sapi (limbah jagung sebagai pupuk dan pakan), kelapa sawit-sapi (limbah sawit sebagai pakan), dan kakao-sapi (limbah kakao sebagai pakan). 

• Peningkatan Pendapatan:

  Integrasi dapat memberikan berbagai sumber pendapatan bagi petani, misalnya dari hasil tanaman, hasil ternak (daging, telur, susu), dan juga dari penjualan pupuk organik. 

• Ketahanan Pangan:

  Sistem ini dapat meningkatkan ketahanan pangan karena menghasilkan berbagai komoditas pertanian dan peternakan, serta memanfaatkan sumber daya lokal secara efisien. 

• Model Integrasi:

  Integrasi dapat dilakukan melalui dua model:
  • Integrasi Langsung: Ternak dipelihara di lahan tanaman, sehingga memanfaatkan limbah tanaman sebagai pakan dan limbah ternak sebagai pupuk. 
  • Integrasi Tidak Langsung: Ternak dipelihara di tempat yang terpisah dari lahan tanaman, tetapi limbah ternak tetap dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman. 

• Manfaat Lain:

  Integrasi juga dapat berkontribusi pada pelestarian lingkungan, misalnya dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida, serta meningkatkan keberlanjutan sistem pertanian. 

• Sinergi yang Saling Menguntungkan:

  Integrasi ini menciptakan sinergi antara tanaman dan ternak. Misalnya, limbah ternak (pupuk kandang) dapat meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman, sementara limbah tanaman (jerami, ampas tebu) dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.